<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d2982395108414742402\x26blogName\x3dRealita+dalam+Cerita\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLACK\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://ceritarin.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_GB\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://ceritarin.blogspot.com/\x26vt\x3d318025771258503841', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
ceritarin@blogspot.com ♥
22 October 2007

Pepatah Hujan batu di negeri sendiri lebih menyenangkan daripada hujan emas di negeri orang memanglah benar adanya. Saya sudah membuktikan. Walaupun pekanbaru cuma kota kecil tapi tetap saja saya selalu menantikan setiap moment buat balik lagi kekota ini.
5 October 2007

Hari ini saya benar-benar kesal. Sebal dengan diri sendiri. Rasanya ingin hilang sebentar di telan bumi saja. Tidak mau keluar kamar apalagi keluar rumah. Ingin sendiri saja. Handphone semuanya saya non aktifkan agar tiada satupun yang dapat menghubungi saya.

Saya benar-benar putus asa. Bahkan saya mengganggap diri ini tidak berguna. Kacau sekali memang. Semua masalah seperti muncul kepermukaan. Berputar-putar di kepala. Penuh sesak. Saya tidak tahu harus melampiaskannya dengan cara apa. Memukul boneka, meraung-raung, berteriak-teriak kacau bahkan sampai memukul dinding semua saya lakukan. Tapi hasilnya apa? Hanya rasa sakit saja.

Kemudian saya mulai membandingkan diri saya dengan orang lain. Si ini begini, si itu begitu. Sedangkan saya? seketika saya semakin kosong. Rasanya benar-benar kecil. Saya tidak tahu harus bagaimana. Saya tahu adalah sebuah kesalahan besar jika tidak mensyukuri nikmat-Nya. Tapi harus bagaimana? Hari ini sepertinya otak saya seperti tidak bisa saya kendalikan.

Ingin rasaya berada di pangkuan mama. Mengadukan semuanya. Menangis sejadi-jadinya di pelukannya, karena memang hanya dia yang bisa mengerti saya.

Entahlah, saya tidak tahu lagi harus berkata apa. Harus menceritakan apa.Yang jelas beginilah saya hari ini. Terduduk sendiri merasa sepi dengan mata bengkak dan kepala yang rasanya mau pecah. Semoga tidak lama. Karena saya rindu senyuman.

Tanggal 08 september yang lalu di FMIPA Usu diadakan pameran foto. Sebenarnya juga ada lomba fotonya, temanya tentang ospek tapi saya tidak ikut karena informasi mengenai lomba fotografi ini tidak sampai ke telinga saya.

Sangat banyak lho foto-foto menarik yang dipajang. Mulai dari foto amatir yang diperlombakan sampai foto karya para profesional yang hanya sekedar dipajang. Semuanya bagus-bagus. Mungkin kalau saya yang jadi dewan juri akan kewalahan menentukan siapa yang keluar menjadi pemenangnya. Habis kereeen semua.

Oya, ada sebuah gambar yang menarik perhatian saya. Judulnya pintu neraka. Sayang tidak ada file fotonya jadi kalian tidak bisa melihat seperti apa persisnya gambar ini. Foto ini diambil oleh seorang mahsiswa fakultas tehnik dengan mempergunakan kamera amatir. Tampak dua orang mahasiswa baru yang sedang mengikuti ospek berdiri dengan gagah di atas gerbang kampus lengkap dengan atribut ospeknya. Dibawah mereka tampak para senior yang berkerumun sedang membentak dan memasang tampang super angker yang dimiliki agar tampak galak dan menakutkan. Peserta ospek yang lain menunduk penuh cemas. Cemas menantikan deraan apa lagi yang akan dilakukan oleh para senior.

Saya jadi ingat dengan pengalaman ospek saya tiga tahun yang lalu. Ketika memasuki gerbang kampus tak ubahnya memasuki pintu neraka. Terasa mencekam. Penuh ketakutan yang luar biasa. Tapi kalau sekarang diingat-ingat, jadi ingin tertawa soalnya lucu sekali. Tapi tetap saya tidak mau diospek lagi. Saya mau aman saja. hihi.

Maaf terlalu sering mengabaikanmu dalam hidupku. Maaf bahkan terkadang terpaksa untuk membenci.
Maaf..
Maaf dan maaf sudah lama tidak menyebut namamu dalam deretan panjang doaku.
Saya hanya bisa mengatakan maaf sembari menangis ketika ia minta untuk didoakan agar hatinya selalu kuat.

Semoga saya bukan salah satu yang terlambat dan menyesal.