<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d2982395108414742402\x26blogName\x3dRealita+dalam+Cerita\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLACK\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://ceritarin.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_GB\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://ceritarin.blogspot.com/\x26vt\x3d318025771258503841', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
ceritarin@blogspot.com ♥
1 December 2008

Sore itu mendung. Seorang ayah sedang dalam perjalanan ke kost-an putrinya untuk menjemput sebuah kotak mikroskop. Ia tidak datang sendiri. Ada seorang supir yang mengantarnya ke sana.

Hujan mulai turun. Otomatis jalanan dan tangga di depan kost-an sang putri menjadi licin. Mungkin sang ayah khawatir jika sang putri turun sendiri untuk mengantarkan kotak mikroskop itu soalnya cukup berat jika tangan rapuhnya harus menjinjing kotak itu di tengah hujan lebat dan tangga yang licin seperti ini. tubuh kurus sang putri pasti kewalahan dengan berat kotak coklat itu. terlalu riskan memang. maka seorang ayah yang sangat sayang dan sangat memperhatikan putrinya itu menyuruh sang supir untuk keluar dari mobil dan menghampiri sang putri yang tampak kewalahan di lantai dua kost-kost an itu.

"neng..biar saya saja yang bawa" sapa sang supir ketika ia bertemu dengan sang putri di lantai dua.

sang putri tersenyum sembari menyerahkan kotak mikroskop itu ke sang supir.

"terimakasih pak"

kotak mikroskop itu pun berpindah tangan. sang purtri segera mengakhiri pertemuan singkat itu. tanpa basa-basi ia segera membalikkan badannya dan menutup pintu kost-annya. sama sekali tak tampak gelagat bahwa ia akan menembus hujan untuk menghampiri ayahnya di mobil. walaupun ia tahu dengan pasti, di mobil hitam yang dibawah itu ada ayahnya.

ia tidak menyadari bahwa bahwa harusnya sore itu tidak hanya menjadi ajang pengembalian mikroskop dari yang meminjam dan empunya. ada sebuah peristiwa penting yang terlewatkan.

seharusnya, sore itu sang putri turunmenghampiri ayahnya di mobil dan memeluknya erat karena mereka sudah terpisah selama beberapa minggu. ntah kemana lenyapnya rasa rindu di hati sang putri. tak tahukah dia, sang ayah sangat merindukan putri kecilnya yang sekarang sudah berubah menjadi jauh dan angkuh?? sang putri benar-benar sudah berubah. ia apatis. egois sibuk dengan dunianya sendiri.

sang ayah sangat kecewa. ia berusaha menghubungi sang anak. tapi apa daya, hingga usaha yang ketiga pun telepon itu tak kunjung diangkat. sang ayah hanya bisa mengirimkan sebuah pesan singkat.

0813717xxxx
kenapa kamu tidak turun untuk menemui papa? sebentar saja juga gpp. papa rindu kamu...sekarang papa sedih nak..

beberapa saat kemudian, diterima sebuah pesan balasan..

081176xxxx
pa..maaf ya

itu saja singkat.
sore itu langit sangat gelap. hujan begitu lebat seakan mewakili perasaan sang ayah

buat papa, yang maaf kalau jadi gak pernah di perhatiin. gimanapun eka tetap sayang.
luv u pa..
happy bday

Labels: , , ,