<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d2982395108414742402\x26blogName\x3dRealita+dalam+Cerita\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLACK\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://ceritarin.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_GB\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://ceritarin.blogspot.com/\x26vt\x3d318025771258503841', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
ceritarin@blogspot.com ♥
24 September 2009

sudah lama tak posting.
mau nulis apa yah? ah...bingung..

otak saya lagi mandeg..

Labels:

11 September 2009

Sebut saja namanya Renata. Perempuan, nyaris 19 tahun. Masih remaja, 4 tahun lebih muda daripada saya. Saya tidak begitu dekat dengannya, tapi bukan berarti saya tidak mengenalnya. Buktinya saya tahu kalau dia terlalu melankolis, sangat suka musik jazz (selera musiknya sangat bagus) dan suka sok tegar. Heh, jangan protes. Saya tidak judge orang seenak udel kok. Saya mengenalnya karena saya memperhatikannya dari jendela kamar saya. kebetulan kamar kami berseberangan. Tepat dari sini saya bisa mengamatinya. Jika suasana sunyi, maka saya beruntung bisa mendengar segala percakapan dari kamarnya. Hah,tidak sopan. Tapi itulah saya, renata juga begitu. Kami berdua saling memperhatikan dalam diam. Jadi tidak ada aksi saling protes. Karena kedudukan seri. Sama-sama tahu.

Hari ini saya mendapatinya sedang duduk termenung didepan kaca. matanya bengkak, merah. Habis menangis sepertinya. saya terus saja memperhatikan gerak-geriknya dari dalam kamar. Menangis lagi pikir saya. Apakah dia tidak pernah bosan menangis ya. Ya, saya tahu,umurnya mungkin lebih muda. tapi kalau berbicara tentang tantangan hidup, dia jauh diatas saya.
***

Ayah-ibunya sudah bercerai beberapa tahun yang lalu. Menurutnya, perceraian itu terjadi karena keluarga pihak ayahnya terlalu turut campur dalam urusan rumah tangga keluarga mereka. Akhirnya sang ibu tidak tahan. Atau bisa jadi perceraian itu dipicu ayahnya yang mengalami gangguan jiwa bipolar, sehingga ibunya dituntut untuk banyak maklum dan lama-lama tidak tahan. Huff, terlalu banyak faktor pemicu. brokenhome...
Ternyata masalahnya tidak sampai disitu saja. Setelah ayah-ibunya bercerai sekarang Renata yang bertanggung jawab untuk merawat ayahnya. Setiap sabtu, saya lihat lampu kamarnya padam. Jika ditanya, "kerumah nenek" katamu. Singkat, sambil tersenyum tegar tanda ill be fine. Saya tahu, tidak mudah bagimu untuk berjumpa ayah. Kamu banyak makan hati-nya bukan? Saya lihat kamu kemarin menangis.
Sambil bertelpon kamu bilang:
"mereka bilang papa bau, ma.. Rena disuruh untuk lebih mengurus papa. si tante itu yang bilang begitu. Nenek cuma bisa diam saja. Papa gak ada komentar. mereka juga bilang kalau mereka malu karena kamar papa jadi sangat bau. Mereka jahat ya ma.." kamu terisak-isak mengadu pada ibumu via telepon.
Ini bukan isakan tangisnya yang saya lihat pertama kali.

Dulu kamu juga pernah dibuat menangis karena dimarahi telah memakan makanan yang seharusnya untuk sepupumu. Kamu pulang ke rumah, dan menangis lagi pada ibumu. Kamu merasa tidak dianggap. Kamu dibilang tidak sopan.
Kamu juga tidak usah menutupi. Saya pernah lihat kamu menangis sepanjang jalan. Karena sore itu tidak ada yang mau ngantarmu pulang. Padahal langit gelap mau hujan dan waktu berbuka puasa juga tinggal hitungan menit. Dirumah om-tante-nenek-mu ada dua mobil terparkir di tiap-tiap rumah. Herannya tidak ada yang mau mengantarkannmu sampai kerumah. Ayahmu juga hanya menyuruh orang untuk mengantarmu sampai ke halte terdekat saja, kemudian dengan teganya mengizinkanmu naik angkot sesuai nomor tujuan. Sekali lagi kamu hanya menangis sendiri kan Rena? Kamu telpon pacarmu meminta bantuan setidaknya berharap pacarmu memberikan bahunya untukmu. Tapi apa nyatanya Rena? Walaupun pacarmu mendampingimu, kamu masih mengharapkan keluargamu. Iya kan? Lantas kamu memaafkan keadaan. Kamu berdamai dengan masalah. Kamu anggap kamu kurang tegar. Kamu hapus air matamu berjalan tegak menatap lurus jauh kedepan. Saya lihat itu Rena..Saya lihat dari gelapnya kaca mobil.

Tapi apa yang kamu lakukan Rena, minggu depannya lampu kamarmu kembali padam. Kamu pergi kerumah nenek lagi ya? Wah, sayang sekali kamu sama ayahmu. Tak jarang saya mendapati matamu kembali bengkak sepulangnya dari rumah nenek. Kali ini karena apa sayang? Kamu dengar mereka bilang ibumu bukan ibu yang baik?Walaupun kamu tidak perduli mereka ngomong apa, tapi saya tahu hatimu teriris. Hatimu capek ya, dik? Lelah dipermainkan hidup.

Kamu tidak pernah cerita tentang pedihmu rena.. Kamu tidak percaya orang lain? Saya bertaruh mungkin kamu hanya percaya pada ibumu saja dan Tuhan.

Tuhan? hah..inipun mungkin kamu ragu.. Kamu rasa Tuhan telah jauh darimu bukan? Sholatmu saja tidak lagi genap lima waktu sehari. Kamu lampiaskan perasaan sepimu pada sesuatu yang Tuhan benci. Coba hitung sudah berapa kali kamu masuk ke nikmat tabunya seks bebas dan dunia malam. Itu hanya untuk medapatkan perasaan ada yang sayang kamu. ada yang memperhatikan kamu. Bukan begitu caranya. Ceritakan pedihmu. Pacarmu pasti mendengarnya. Saya tahu dia itu lelaki yang baik, dia tidak ingin mempermainkanmu ataupun mengambil manfaat dari dirimu. Dia benar-benar sayang kamu Rena. Mungkin itu caranya untuk melihat kamu bahagia. Untuk melihatmu tersenyum. Salah besar memang, tapi apalagi yang bisa dia perbuat...

Rena..
cukup..!!!

Kamu lupa pada Tuhan? Dia tetap ada kok.. doamu masih dijawabNya. Hitung berapa kali hatimu diberiNya ketenangan ketika kamu melantunkan ayat suci al-Quran, ketika kamu merendahkan diri sujud dihadapannya. Curhat padaNya Rena.. Ia pasti mendengar.

Hari ini saya dapati kamu menangis. tapi ada yang aneh disini. kemana perginya handphone mu? BIasanya jika ada masalah kamu pasti menelpon ibumu atau pacarmu. Kenapa sekarang tidak..?
Saya bingung rena..
Apa karena ibumu akan menikah lagi? jadi kamu merasa ragu padanya. Kamu takut ibumu akan meninggalkanmu.
Hah..
Rena..Rena..
***

Sekarang, Rena menelpon pacarnya. Saya perhatikan jam tangan saya. Dalam hitungan menit, rena mengakhiri percakapannya. "Kamu sedang tidur ya? sudahla.." Rena memutuskan percakapan.

OOO..pacarnya sudah tidur. Dan riskan rasanya untuk menganggu.
Saya tahu kamu merasa kesepian. Saya juga tahu kepala kamu pecah, hidupmu mulai gelap. kamu tidak punya teman untuk cerita. bagilah deritamu rena.. Tidak mau? Kamu tidak mau orang memandangimu kasihan. Saya rasa mereka tidak akan mengasihanimu, saya rasa mereka akan kagum padamu. Karena, usiamu masih belia tubuhmu juga ringkih dan cenderung penyakitan. Tapi kamu punya jiwa yang kuat. Kamu pelindung keluargamu. Saya juga lihat kemilaumu lebih bersinar dibandingkan mutiara jiwa lainnya.

Malam ini, saya jadi saksi bisu percakapan singkatmu dengan cermin itu. Kamu bilang tears no more..LANTANG!
***

Saya lihat rena keluar kamar, berjalan menuju kamar mandi. Mengambil air wudhu. Kemudian kembali ke kamarnya membentangkan sajadah, mengenakan mukena dan mengumandangkan takbiratulikram.
Rena kembali...:)

Labels: